Tuesday, 22 July 2014

0 Di Atas Kapal Ini, Presiden Terpilih Jokowi Akan Berpidato Pertama Kali

 
Kapal Hati Buana Setia, akan menjadi lokasi pidato pertama Presiden terpilih Joko Widodo, di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Selasa (22/7/2014) malam.


JAKARTA, Presiden terpilih Joko Widodo akan menyampaikan pidato kemenangan Pemilu Presiden 2014 di atas kapal layar mesin di Pelabuhan Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (22/7/2014). Pidato itu disampaikan di atas Kapal Hati Buana Setia.

Kapal ini sedang bersandar di Dermaga IX Pelabuhan Sunda Kelapa. Pantauan Kompas.com di dermaga ini, Kapal Hati Buana Setia adalah kapal layar putih dengan panjang sekitar 20 meter.

Bendera warna-warni khas kapal nelayan memenuhi tali tambang yang bergelantungan di tiangnya. Di ujung tali itu terdapat bendera Merah Putih.

Kapal ini menjadi berbeda dari kapal nelayan pada umumnya karena keberadaan lampu laser berwarna hijau dan merah. Lampu-lampu tersebut diarahkan ke langit.

Sebuah panggung berukuran sekitar 10 x 30 meter berdiri di dermaga, di dekat kapal itu. Panggung ini akan menjadi tempat wartawan meliput dan mengabadikan peristiwa di atas kapal.

Di dek kapal di seberang panggung itulah Jokowi akan menyampaikan pidato pertama sebagai presiden terpilih hasil Pemilu Presiden 2014.

Saat berita ini diturunkan, Jokowi dan Jusuf Kalla sedang dalam perjalanan menuju kapal ini dari Gedung Komisi Pemilihan Umum.

KPU, Selasa malam, menetapkan dan mengumumkan rekapitulasi perolehan suara Pemilu Presiden 2014. Hasil dari pemilu presiden ini, pasangan Jokowi-Kalla dinyatakan mendapatkan 70.997.833 suara atau 53,15 persen suara sah.

Adapun pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan 62.576.444 suara atau 46,85 persen suara sah. Total suara sah dalam pemilu presiden ini, menurut penetapan KPU tersebut, adalah 133.574.277 suara, dengan total pemilih yang memberikan suara mencapai 134.953.967 orang.


Sumber: Kompas.com

0 Ini Rincian Perolehan Suara Pemilu Presiden 2014 hingga Selasa Dini Hari


Pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK mengucapkan salam perpisahan usai mengikuti acara debat di Jakarta Selatan, Senin (9/6/2014). Debat akan dilakukan sebanyak lima kali selama masa kampanye.
 JAKARTA, Hingga Selasa (22/7/2014) dini hari, Komisi Pemilihan Umum telah membacakan perolehan suara dari 29 provinsi. Dari jumlah itu, 28 provinsi telah ditetapkan rekapitulasi suaranya dan satu provinsi masih ditunda penetapannya karena ada masalah di salah satu kabupaten.

Dari 28 provinsi yang telah ditetapkan rekapitulasi perolehan suaranya, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 45.550.254 suara (47,51 persen) dan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapatkan 50.326.198 suara (52,49 persen).

Rekapitulasi suara nasional akan mengumpulkan data rekapitulasi yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh KPU provinsi. Meski Indonesia memiliki 34 provinsi, penyelenggaraan pemilu, termasuk penghitungan suara untuk Kalimantan Utara, masih bergabung ke Kalimantan Timur.

Dengan catatan tersebut, mulai Selasa pada pukul 10.00 WIB ini, akan ada empat provinsi lagi yang akan dibacakan rekapitulasi suaranya. Selain itu, masih ada satu provinsi yang tertunda penetapannya pada Senin malam, yaitu Sumatera Utara, dan sebelumnya masih ada "pekerjaan rumah" untuk hasil suara pemilu di luar negeri karena persoalan di Sydney, Australia.

Empat provinsi yang akan dibacakan rekapitulasi suara Pemilu Presiden 2014 pada Selasa mulai pukul 10.00 WIB ini adalah Jawa Timur, Papua, Maluku Utara, dan DKI Jakarta.

Berikut ini perolehan suara sementara dari 29 provinsi, termasuk suara dari Sumatera Utara yang belum ditetapkan:

Provinsi Prabowo-Hatta Jokowi-Kalla
1. Kalimantan Barat                 1.032.354 1.573.046
2. Nusa Tenggara Barat           1.844.178 701.238
3. Nanggroe Aceh Darussalam  1.089.290 913.309
4. Sumatera Selatan                    2.132.163 2.027.049
5. Kalimantan Selatan                   941.809 939.748
6. Kepulauan Riau                       332.908 491.819
7. Jambi                                      871.316 897.787
8. Bangka Belitung                      200.706 412.359
9. DIY                                         977.342 1.234.249
10. Bengkulu                             433.173 523.669
11. Sulawesi Barat                       165.494 456.021
12. Kalteng                                 468.277 696.199
13. Gorontalo                             378.735 221.497
14. Sulawesi Tenggara                511.134 622.217
15. Sumatera Barat                  1.797.505 539.308
16. Bali                                       614.241 1.535.110
17. Riau                                   1.349.338 1.342.817
18. Maluku                                  433.981 443.040
19. Sulawesi Tengah                   632.009 767.151
20. Jawa Tengah                      6.485.720 12.959.540
21. Jawa Barat                        14.167.381 9.530.315
22. Lampung                           2.033.924 2.299.889
23. Sulawesi Utara                      620.095 724.553
24. Kalimantan Timur    
      dan Kalimantan Utara *)       687.734 1.190.156
25. Sumatera Utara **)            2.831.514 3.494.835
26. Papua Barat                          172.528 360.379
27. Banten                             3.192.671 2.398.631
28. NTT                                     769.391 1.488.076
29. Sulawesi Selatan              1.214.857 3.037.026
Total Sementara 48.381.768 53.821.033

*) Kalimantan Utara adalah provinsi baru, penyelenggaraan pemilu masih diselenggarakan oleh KPU Kalimantan Timur.
**) Belum ditetapkan di rekapitulasi nasional.

Dari rekapitulasi sementara tersebut, Prabowo-Hatta mendapatkan 47,34 persen suara sah dan Jokowi-Kalla mendapatkan 52,66 persen suara sah. Bila perolehan suara dari Sumatera Utara dikeluarkan, perolehan suara untuk Prabowo-Hatta adalah 45.550.254 suara (47,51 persen) dan Jokowi-Kalla mendapatkan 50.326.198 suara (52,49 persen).


Sumber: Kompas.com

0 Kepada Mas Joko Widodo

 
Calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo mengunjungi kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Provinsi Banten di Kota Serang, Banten, Rabu (16/7/2014). Menurut hasil hitung cepat Kompas pada Pemilu Presiden 2014, pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla unggul dengan perolehan suara 52,34 persen.


Catatan Kaki Jodhi Yudono

Kepada yang baik hatinya, Mas Joko Widodo.
Barangkali, inilah kali terakhir saya memanggil Anda dengan sebutan Mas. Besok, setelah tanggal 22 Juli, saat Anda insya Allah terpilih sebagai presiden negeri ini, mana berani saya memanggil sampean dengan sebutan Mas. Bisa-bisa dipelototin sama para pengawal Anda.

Sekadar mengingatkan, Mas. Kita bertemu pertama kali pada tanggal 12 April 2012 di ruang rapat redaksi Kompas.com. Waktu itu pagi-pagi benar Anda datang ke kantor kami untuk silaturahim berkait dengan pencalonan Anda menjadi gubernur DKI. Saya tanya, kelak kalau sudah jadi gubernur mau dipanggil Mas atau Bang, seperti para gubernur sebelum-sebelumnya. "Terserah saja," begitu jawab Anda.

Baiklah, lantaran sampean orang Jawa, selisih umur kita juga cuma dua tahun, maka saya panggil Mas saja kepada Anda, Mas Joko Widodo. Tapi beneran, saya janji, ini kali terakhir saya menyapa Anda dengan sebutan Mas. Selain khawatir dipelototin para pengawal Anda, rasanya enggak enak juga ya memanggil presiden dengan panggilan Mas. Mas Presiden! Patutnya memang Pak, Bapak Presiden, itu jika Anda terpilih jadi presiden.

Pada pertemuan tersebut, saya merasakan betul betapa Anda tak memasang jarak. Kita leluasa ngobrol ke sana kemari dengan santai. Sempat juga saya tanyakan, apakah Anda juga akan menyisihkan gaji Anda sebagai gubernur untuk kegiatan sosial seperti ketika menjadi Wali Kota Surakarta. Anda cuma senyum, sebuah senyum yang cukup sulit diterjemahkan.

Sebagai manusia, tentu saja Anda juga tak luput dari kekurangan. Salah seorang anggota tim sukses Anda bilang kepada saya bahwa Anda adalah unorganized, susah diatur oleh protokoler. Anda bergerak ke mana hati Anda berkata. Begitulah yang saya dengar saat Anda tak memenuhi kesepakatan yang pernah kita bikin untuk membuka pameran bersama para pelukis Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (Garajas).

Sungguh Mas, waktu itu saya sakit hati terhadap Anda. Sampai saya bilang ke anggota tim sukses Anda kala itu, "Mau ditaruh di mana muka saya di depan kawan-kawan pelukis yang mengharapkan kehadiran Anda."

Cukup lama juga saya "dendam" terhadap Anda. Sampai akhirnya saya bisa berdamai dengan diri saya dan bisa memaklumi kenapa Anda tak jadi datang untuk membuka pameran lukisan itu. Tahu enggak, Mas, salah satu alasan kenapa kemudian saya "memaafkan" sampean? Itu karena saya lihat Anda bekerja secara bersungguh-sungguh untuk membenahi Kota Jakarta. Saya lihat Anda blusukan ke got-got yang mampat, ke sungai yang dipenuhi sampah, ke warga-warga miskin.

Ya, akhirnya saya bisa memaklumi Anda, dengan asumsi bahwa kala itu pasti Anda sibuk sekali mendatangi konstituen yang tersebar di beberapa tempat di Jakarta yang macet. Maka seperti Anda juga, saya pun bilang ke diri saya, "Aku rapopo".

Selanjutnya saya pun menyaksikan Anda dari kejauhan, melalui televisi maupun berita di koran, online, serta radio. Termasuk saat Anda terpilih menjadi gubernur. Sempat kita satu pesawat menuju Yogyakarta pada pertengahan Juni 2013. Seperti yang diceritakan beberapa orang, memang benar Anda duduk di kelas ekonomi di belakang bangku saya.

Seperti yang saya saksikan langsung. Anda datang sendiri tanpa pengawal dari arah depan menuju kursi belakang. Sontak kedatangan Anda membuat "kegaduhan" para penumpang demi melihat Anda sepesawat dengan mereka.

Oh ya, saya ingin memberi kesaksian untuk menjawab tuduhan mereka yang nyinyir bahwa Anda memang sengaja berjalan dari bagian depan pesawat menuju kursi Anda di bagian belakang supaya dilihat para penumpang lain, ya sekadar pencitraan begitu. Padahal, yang saya tahu, pintu bagian belakang pesawat memang tidak terbuka sehingga semua penumpang harus melalui pintu bagian depan.

Waktu terus bergulir. Kabar mengenai Anda pun saya hikmati. Anda bersama Wagub Ahok dinilai sukses membenahi Waduk Ria Rio, membenahi pedagang di Tanah Abang, di Pasar Minggu, terus Anda masuk ke dalam daftar 50 pemimpin hebat dunia versi majalah Fortune edisi 7 April 2014. Anda menempati urutan ke-37. Sampai akhirnya Anda mendeklarasikan menjadi calon presiden republik ini di rumah Si Pitung di Marunda. Maka, sejak itulah panji-panji sebagai calon presiden dikibarkan.

Hilanglah keraguan dari pihak lawan maupun pendukung. Bagi pihak lawan, kian jelas, Andalah musuh bersama mereka. Bagi pendukung, kian solidlah mereka yang selama ini memang telah memuja Anda. Ketika akhirnya kandidat capres hanya ada dua, diri Anda dan Prabowo Subianto, maka bangsa ini pun langsung terbelah menjadi dua, yakni mereka yang mendukung Anda dan bagian lainnya yang mendukung Prabowo.

Hari-hari berat pun mulai Anda lalui. Kampanye hitam yang mematikan datang bertubi-tubi. Anda dituduh sebagai keturunan Islam gadungan, beraliran PKI, melakukan tindak korupsi, dan tuduhan keji lainnya. Atas semua tuduhan itu, sampean cuma bilang, "Aku rapopo".

He-he-he, tapi kalimat "Aku rapopo" yang sebetulnya berkonotasi ikhlas itu masih juga dijadikan bahan untuk menyerang Anda. Mereka yang berseberangan menuduh Anda sebetulnya tak bisa apa-apa, alias bodoh, karena bisanya cuma bilang "Aku rapopo".

Jika saya menjadi Anda, pasti saya akan salah tingkah dan salah gaya. Mau ngapain aja serba salah. Tapi untunglah Anda kuat hatinya dan juga kuat badannya. Walhasil, Anda tetap fokus menuju istana sebagai calon presiden. Bahkan kalau boleh jujur, di akhir-akhir debat presiden, Anda semakin kukuh dan yakin bakal memenangi Pilpres 2014.

Mas Jokowi yang baik hati. Besok tanggal 22 Juli KPU mengumumkan hasil pilpres. Para pendukung Anda—seperti juga pendukung Prabowo—yakin Anda akan memenangi pemilihan tersebut. Jika esok benar Anda terpilih menjadi presiden, itu kian mempertegas kebesaran Tuhan bahwa tiada makhluk yang bisa mengubah dan mengatur takdir. Seberapa pun biaya dikeluarkan, apa pun cara dipakai untuk menghadang Anda, jika Tuhan telah menetapkan Anda jadi presiden, maka jadilah Anda sebagai presiden.

Barangkali, telah tertulis di loh mahfuz bahwa pada usia ke-53, pada tanggal 22 Juli, sebulan setelah berulang tahun, Anda terpilih sebagai presiden. Jika ini benar terjadi, maka gugurlah segenap teori tentang bibit-bebet-bobot, tentang dedeg piadeg Anda yang kerempeng dan ndeso dan tidak pantes jadi presiden.

Ya, ya... Anda hanyalah lelaki sederhana yang lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo serta merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ayah Anda berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan nenek berasal dari sebuah desa di Boyolali. Anda mengawali pendidikan dengan masuk SD Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.

Sebagaimana galibnya wong cilik, Anda pernah juga mengalami kesulitan hidup. Terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, Anda memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahanda, sampean mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun. Penggusuran yang Anda alami sebanyak tiga kali pada masa kecil memengaruhi cara berpikir dan kepemimpinan Anda kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.

Oh ya, Mas. Ada juga lho yang menyamakan perjalanan Anda menuju RI 1 sebagai lakon "Petruk jadi ratu". Itu artinya, karena Anda itu lebih pantas jadi kawulo dan tidak pantas jadi ratu, maka kelak ketika menjadi presiden pun enggak akan lama. Sebab, kedudukan Anda pantasnya memang sebagai kawulo, sebagai rakyat.

Saran saya, biarin saja, Mas. Tetaplah Anda berpegang pada jargon "Aku rapopo". Sebab saya yakin, para pendukung Anda pasti akan berpikir sebaliknya. Kendati Anda bertampang sebagai kawulo, sebagai Petruk, tapi Anda memiliki kemuliaan hati sebagai seorang kesatria, sebagai Abimanyu. Tidak pernah sekali pun Anda mengolok-olok lawan Anda, sebagaimana lawan-lawan Anda mengolok-olok sampean.

Para pendukung Anda tentulah meyakini benar bahwa Anda adalah kesatria terpilih yang akan memimpin para kawula, rakyat negeri ini. Para pendukung Anda pasti akan legawa memangku Anda sebagai "raja". Tugas kawula hanyalah memangku raja, agar ia dapat menduduki takhtanya.

Sebab, pendukung Anda yang tulus itu, yang berjumlah 1.289 kelompok relawan Jokowi-JK di seluruh Indonesia, adalah rakyat yang telah memiliki kesadaran sebagai rakyat yang dapat membantu penguasa untuk menuliskan sejarahnya. Mengapa mereka memilih Anda? Sebab, dari jejak rekam Anda, mereka tahu bahwa Anda itu jenis penguasa yang menghargai kawula, yang berkorban demi kawula, tidak malah menjadi benalu bagi rakyatnya. Mereka juga tahu, bahwa Anda mau berkorban demi mereka. Itulah sebabnya, mereka ikhlas menyiapkan kursi bagi Anda untuk menjadi seorang raja, seorang presiden.

Semoga Anda mengerti ini semua bahwa kuasa itu hanyalah sarana buat berkorban. Jika tak memiliki kesadaran ini, Anda tidak akan dianggap oleh rakyat. Raja akan tamat riwayatnya sebagai raja jika sudah ditinggal rakyatnya. Raja yang tidak dipangku rakyat adalah raja yang koncatan (ditinggalkan) wahyu.

Ah, saya mendadak teringat ucapan Petruk dalam cerita pewayangan, "Rakyat itu ada sepanjang zaman. Sementara raja itu tidaklah abadi. Ia bertakhta hanya dalam masa tertentu. Ketika masa itu lewat, ia harus turun atau binasa. Sementara rakyat terus ada. Buktinya, saya ini ada di sepanjang zaman. Menjadi punakawan, hamba yang menemani penguasa dari masa ke masa, sampai hari ini. Kawula iku ana tanpa wates, ratu kuwi anane mung winates (rakyat itu ada tanpa batas, sedangkan raja ada secara terbatas)."

Mas Joko Widodo yang suka blusukan, demikian surat dari saya. Tetaplah menjadi Petruk, tetapi berkepribadian sebagai Abimanyu. Tetaplah bersama kawula dan jangan sekali-sekali membuat jarak dengan rakyat.

Wis yo Mas, sing ati-ati, di jalan banyak angin ribut, badai, dan juga serigala!

@JodhiY


Sumber:Kompas.com

0 "Tidak Ada Lagi Nomor Satu, Nomor Dua, Sekarang Lima untuk Pancasila"

JAKARTA, Beberapa awak media dan anggota media center tim pemenangan JKW4P melakukan nonton bareng tayangan langsung pengumuman hasil rekapitulasi suara akhir oleh Komisi Pilihan Umum di beberapa stasiun televisi swasta. Mereka menonton tayangan tersebut di Restoran Marina Batavia, Sunda Kelapa, Jakarta Utara, sebelum bertolak ke tempat yang masih dirahasiakan oleh panitia. Salah seorang anggota media center JKW4P menonton tayangan tersebut sambil berceletuk. Ia mengatakan, angka satu dan dua tidak lagi berlaku untuk diusung setelah adanya presiden dan wakil presiden terpilih. "Sekarang sudah enggak ada lagi nomor satu, nomor dua. Sekarang lima, Pancasila," ujarnya. Saat Ketua KPU Husni Kamil Manik mengesahkan rekapitulasi suara akhir dan mengetuk palu, seluruh anggota media center bersorak sambil mengacungkan dua jari di tangan kiri dan kanannya. Jokowi-JK dinyatakan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2014-2019 dengan persentase perolehan suara 53,15 persen atau berjumlah 70.997.833 suara. Sementara Prabowo-Hatta memperoleh 46,85 persen suara dengan jumlah 62.576.444 suara. Selisih suara kedua pasangan tersebut sebanyak 8.421.389 suara. Sumber:Kompas.com

0 Tim Hukum Prabowo Sedang Kaji Cara Ubah Keputusan KPU

JAKARTA, Komisi Pemilihan Umum telah memutuskan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilu Presiden 2014. Tim hukum pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kini sedang mencari cara untuk mengubah keputusan tersebut. Menurut Anggota Tim Hukum Prabowo-Hatta, Mahendradatta, keputusan tersebut diambil melalui proses yang tidak benar sehingga timnya tidak dapat menerima. Pasalnya, masih banyak kecurangan di berbagai daerah yang belum diselesaikan. "Kita sedang mengeksaminasi dan mencadangkan hak kita untuk menyelesaikan proses pemilu. Kemana proses pemilu ini bisa diselesaikan? PTUN mungkin, dan lain sebagainya," kata Mahendradatta di Rumah Polonia, Jakarta, Selasa (22/7/2014) malam. Yang jelas, menurut dia cara yang akan ditempuh tidak akan melalui Mahkamah Konstitusi. Pasalnya, kata dia, saat ini pihaknya mempermasalahkan proses yang terjadi di pemilu, bukan hasilnya. "Sementara MK hanya menerima gugatan hasil pemilu, bukan proses pemilu," ujarnya. Jika telah ditemukan cara untuk menggugat proses pemilu yang bermasalah, dia berharap akan diadakan pemungutan suara ulang oleh KPU. Dengan begitu, suara yang diraih kedua pasangan bisa berubah, begitu pula keputusan KPU yang telah ditetapkan malam ini. KPU menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres setelah pasangan nomor urut 2 itu unggul dengan memperoleh 70.997.833 suara atau 53,15 persen. Adapun Prabowo-Hatta hanya memperoleh 62.576.444 suara atau 46,85 persen. Sumber:Kompas.com

0 Hatta Rajasa Gelar Rapat Internal PAN di Rumahnya

JAKARTA, Calon wakil presiden yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa, menggelar rapat internal dengan sejumlah petinggi PAN di rumahnya,kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa (22/7/2014) malam. Rapat tersebut mengagendakan pembahasan terkait pelaksanaan Pemilu Presiden 2014. Pantauan Kompas.com, sejak sore hari hingga pukul 21.00 WIB, sejumlah petinggi PAN hadir dalam rapat tersebut di antaranya Wakil Ketua Umum PAN Dradjad Wibowo, Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto Edhie, Sekjen PAN Taufik Kurniawan dan Ketua Majelis Pertimbangan PAN Amien Rais. "Jadi itu memang membicarakan mengenai bagaimana PAN menyikapi semua proses Pilpres sekarang," kata Dradjad, seusai pertemuan. Dradjad menambahkan, rapat internal tersebut juga membahas mengenai hasil rekapitulasi suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, menurut dia, pembahasan mengenai hal tersebut tidak dilakukan secara spesifik. "Jadi bukan hanya pengumuman rekapitulasi dari KPU. Kemudian waketum, sekjen serta ketua fraksi ditugaskan kalau memang ditanya teman-teman media untuk menyampaikan apa yang kita bahas," ujarnya. Sumber : Kompas.com

Sunday, 20 July 2014

0 Pejuang Hamas Terobos Perbatasan, Tewaskan 2 Tentara Israel

JERUSALEM, - Angkatan Darat Israel, Sabtu (19/7/2014), menyatakan dua prajuritnya tewas dalam bentrokan dengan dua pejuang Hamas yang berhasil menembus perbatasan Israel. Kedua tentara yang tewas itu, Sersan Adar Bersano (20) dan Mayor Amotz Greenberg (45) tewas dalam baku tembak dengan pasukan Hamas yang masuk ke wilayah Israel melalui terowongan dari Jalur Gaza. "Pasukan Hamas menembakkan senapan mesin dan roket anti-tank ke arah para tentara yang kemudian balas menembak. Satu orang militan tewas dan sisanya kembali ke Gaza," demikian pernyataan AD Israel. Sementara itu, sayap militer Hamas Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan sebanyak 12 pejuangnya berada di wilayah Israel selama enam jam sebelum terlibat baku tembak dengan pasukan Israel. "Mereka membalaskan darah syuhada kami, terutama anak-anak kami. Kami berhasil menewaskan enam prajurit Israel dan melukai beberapa lainnya," demikian pernyataan Brigade Ezzedine al-Qassam. Dalam baku tembak di lokasi terpisah, juga pada Sabtu, militer Israel menewaskan dua pejuang Palestina di wilayah selatan Gaza setelah mereka menembakkan roket anti-tank ke arah sepasukan tentara Israel. Sejauh ini sudah tiga tentara Israel tewas sejak negeri itu menggelar operasi militer untuk menghentikan serangan roket dari Jalur Gaza pada 8 Juli lalu. Sedangkan di pihak Gaza, setelah baku tembak ini berlangsung 12 hari, sebanyak 341 orang warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka. Sumber: Kompas.com
 

TUTUP KALENG Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates